Kolaborasi Departemen Silvikultur dan Pemkab Trenggalek: Edukasi dan Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Minyak Atsiri untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kolaborasi Departemen Silvikultur dan Pemkab Trenggalek: Edukasi dan Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Minyak Atsiri untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kolaborasi Departemen Silvikultur dan Pemkab Trenggalek: Edukasi dan Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Minyak Atsiri untuk Pemberdayaan Masyarakat

Trenggalek, Indonesia – Pemerintah Kabupaten Trenggalek bekerja sama dengan Departemen Silvikultur berhasil mengembangkan inovasi pengolahan produk turunan minyak atsiri, membuka peluang besar bagi perekonomian lokal sekaligus mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat sekitar. Acara yang diadakan pada (4/11/2024) di Aula Wisma Tani Dillem Wilis Kabupaten Trenggalek ini turut mengundang Ir. Mulyahandaka selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Trenggalek, dengan menghadirkan pembicara ahli di bidang Pengolahan produk minyak atsiri, yaitu Midha Aromatica selaku pakar dan praktisi di bidang aromaterapi bersertifikasi dari Galimard Institute of Parfumery Perancis, sekaligus ketua dari asosiasi aromaterapi Indonesia, Dr. Irdika Mansur selaku Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia, dan Dr. Supriyanto selaku Affiliate Senior Researcher dari SEAMEO – BIOTROP.

Dalam acara edukasi dan pelatihan pengolahan produk turunan minyak atsiri yang berlangsung pekan lalu, Dr. Irdika, ahli silvikultur sekaligus dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan pentingnya pengelolaan sumber daya alam berbasis keberlanjutan. “Minyak atsiri adalah salah satu potensi besar dari hutan Indonesia, khususnya di Trenggalek yang kaya akan tanaman seperti cengkeh, nilam, dan kayu putih. Jika diolah lebih lanjut menjadi produk turunan seperti parfum, kosmetik, dan bahan farmasi, nilai ekonominya bisa meningkat berkali lipat,” ungkap Dr. Irdika.

Selain itu, Dr. Supriyanto, praktisi dan peneliti dari SEAMEO Biotrop, menekankan pentingnya transfer teknologi kepada masyarakat. “Kami tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga mendorong masyarakat untuk memahami teknologi penyulingan modern dan formulasi produk. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi penghasil bahan mentah, tetapi juga mampu memproduksi barang jadi dengan nilai jual lebih tinggi,” kata Dr. Supriyanto.

Program ini juga menggandeng pelaku industri seperti Midha Aromatica, sebuah perusahaan lokal yang fokus pada pengolahan minyak atsiri. Direktur Midha Aromatica, menjelaskan, “Kami berkomitmen untuk membantu masyarakat dengan memberikan pelatihan teknis, membuka akses pasar, dan mendukung pengemasan produk. Produk turunan yang dihasilkan di sini tidak hanya diminati pasar lokal, tetapi juga memiliki potensi ekspor.”

Hasil kolaborasi ini telah melahirkan berbagai produk seperti lilin aroma terapi, sabun herbal, hingga minyak gosok yang dikemas menarik. Program ini juga menjadi langkah konkret dalam memperkuat perekonomian masyarakat Trenggalek sekaligus melestarikan sumber daya hutan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Trenggalek, Imam, menyampaikan rasa optimisme terhadap keberlanjutan program ini. “Dengan sinergi antara akademisi, pemerintah, dan industri, Trenggalek bisa menjadi salah satu pusat pengolahan minyak atsiri terkemuka di Indonesia,” tutupnya.

Program ini diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengoptimalkan potensi lokal berbasis keberlanjutan.